Minggu, 06 Desember 2009

NEGARA LAOS

Republik Demokratik Rakyat Laos adalah negara yang terkurung daratan di Asia Tenggara, berbatasan dengan Myanmar dan Republik Rakyat Cina di sebelah barat laut, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand di sebelah barat. Dari abad XIV-XVIII, negara ini disebut Lan Xang atau "Negeri Seribu Gajah". Laos adalah negara yang diselimuti hutan lebat yang kebanyakan bergunung-gunung, di mana salah satunya yang tertinggi adalah Phou Bia dengan ketinggian 2.817 m dari permukaan laut.
Laos juga memiliki beberapa dataran rendah dan dataran tinggi. Sungai Mekong membentuk sebagian besar dari perbatasannya dengan Thailand, sementara rangkaian pegunungan dari Rantai Annam membentuk sebagian besar perbatasan timurnya dengan Vietnam.
Laos mempunyai salah satu ekologi paling asli di Asia Tenggara. Diperkirakan separuh dari kawasan hutan terdiri atas hutan primer, khususnya hutan tropis. Tidak seperti di Eropa dan Amerika Serikat (AS), hutan hujan tropis itu terdiri atas tiga lapisan. Bagian paling atas ditumbuhi pepohonan tinggi, lapisan tengah ditumbuhi tanaman kayu keras seperti jati, dan paling bawah ditumbuhi pohon-pohon kecil, rumput, dan terkadang bambu.
Hutan di Laos juga dihuni sejumlah binatang langka, seperti Macan Tutul, Luwak Jawa, Antelop, dan Siamang. Ada pula Beruang Matahari Malaysia dan Beruang Hitam Asia. Sapi Saola, turunan dari Rusa-Antelop, yang ditemukan di Vietnam beberapa tahun lalu menimbulkan sensasi. Binatang yang sangat langka ini berada di perbatasan timur Laos
Ada dugaan kawasan terpencil ini kemungkinan masih menyimpan sejumlah spesies langka yang belum dikenal. Di kawasan Laos Selatan, dekat Pulau Khong, lumba-lumba Irrawaddy hidup di Sungai Mekong. Para pengunjung dapat melihat lumba-lumba ketika permukaan air Sungai Mekong berada pada tingkat yang paling rendah. Laos juga menjadi tempat persinggahan sejumlah burung ketika berpindah
Iklim Laos adalah tropis dan dipengaruhi oleh angin musim. Musim penghujan berlangsung dari Mei-November, diikuti oleh musim kemarau sejak
Desember - April. Ibukota dan kota terbesar di Laos adalah Vientiane, kota-kota besar lain meliputi Luang Prabang, Savannakhet, dan Pakxe.

A. Ekonomi
Laos adalah salah satu dari sekian negara komunis yang tersisa dan mulai melepas kontrol ekonomi dengan mengizinkan berdirinya perusahaan swasta pada tahun 1986. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi melesat dari sangat rendah menjadi rata-rata 6% per tahun periode 1988-2004 kecuali pada saat krisis finansial Asia yang dimulai pada 1997.
Seperti negara berkembang umumnya, kota-kota besarlah yang paling banyak menikmati pertumbuhan ekonomi. Ekonomi di Vientiane, Luang Prabang, Pakxe, dan Savannakhet, mengalami pertumbuhan signifikan beberapa tahun terakhir.
Sebagian besar dari wilayahnya kekurangan infrastruktur yang memadai. Laos masih belum memiliki jaringan rel kereta api, meskipun adanya rencana membangun rel yang menghubungkan Vientiane dengan Thailand yang dikenal dengan Jembatan Persahabatan Thailand- Laos . Jalan-jalan besar yang menghubungkan pusat-pusat perkotaan, disebut Rute 13, telah diperbaiki secara besar-besaran beberapa tahun terakhir, namun desa-desa yang jauh dari jalan-jalan besar hanya dapat diakses melalui jalan tanah yang mungkin tidak dapat dilalui sepanjang tahun. Ada telekomunikasi internal dan eksternal yang terbatas, terutama lewat jalur kabel, namun penggunaan telepon genggam/handphone telah menyebar luas di pusat perkotaan. Listrik tidak tersedia di banyak daerah pedesaan atau hanya selama kurun waktu tertentu.
Pertanian masih mempengaruhi setengah dari PDB dan menyerap 80% dari tenaga kerja yang ada. Ekonomi Laos menerima bantuan dari IMF dan sumber internasional lain serta dari investasi asing baru dalam bidang pemrosesan makanan dan pertambangan, khususnya tembaga dan emas.
Pariwisata adalah industri dengan pertumbuhan tercepat di Laos. Pertumbuhan ekonomi umumnya terhambat oleh banyaknya penduduk berpendidikan yang pindah ke luar negeri akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai. Pada 2005 penelitian oleh Bank Dunia melaporkan bahwa 37% dari penduduk Laos yang berpendidikan tinggal di luar negeri, menempatkan Laos pada tempat ke-5 di dunia untuk kasus ini.
Akhir 2004 Laos menormalisasi hubungan dagangnya dengan Amerika Serikat. Laos mendapatkan tarif ekspor yang lebih rendah sehingga merangsang pertumbuhan ekonomi mereka dari sektor ekspor.

B. Politik
Satu-satunya partai politik yang diakui di Laos adalah Partai Revolusioner Rakyat Laos (LPRP). Kepala negara adalah seorang presiden yang ditentukan oleh parlemen untuk masa jabatan 5 tahun. Kepala pemerintahan adalah seorang perdana menteri yang ditunjuk oleh presiden dengan persetujuan dari parlemen. Kebijakan pemerintahan ditentukan oleh partai melalui 9 anggota yang sangat berkuasa Politbiro dan 49 anggota Komite Pusat. Keputusan pemerintah yang penting ditentukan Dewan Menteri.
Laos menganut konstitusi baru sejak 1991. Pada tahun berikutnya, pemilu diadakan untuk 85 kursi baru Majelis Nasional yang anggotanya dipilih secara rahasia untuk masa jabatan 5 tahun. Parlemen tunggal ini diperluas sejak pemilu 1997 menjadi 99 anggota, menyetujui semua hukum baru, meskipun presidenlah yang memegang kekuasaan untuk mengeluarkan dekrit yang sifatnya mengikat. Pemilu yang terbaru dilaksanakan pada Februari 2002 ketika Majelis Nasional diperluas menjadi 109 anggota.
Sisa-sisa dari kelompok etnis Hmong yang beraliansi dengan Amerika Serikat ketika Perang Vietnam terlibat dalam konflik bersenjata dengan rezim komunis Laos sejak 1975. Sehubungan dengan adanya beberapa laporan tentang penyerahan diri etnis Hmong di media internasional baru-baru ini, konflik ini sepertinya sudah agak mereda. Sebagian besar anggota etnis Hmong berbaur kembali dengan masyarakat secara damai, dan sebagian dari mereka bahkan dilaporkan meraih posisi strategis di dalam pemerintahan Negara Laos.
C. Masyarakat dan Kebudayaan Laos
Agama Theravada telah banyak mempengaruhi kebudayaan Laos. Pengaruhnya dapat terlihat pada bahasa, seni, sastra, Seni tari, dll. Musik Laos didominasi oleh alat musik nasionalnya, disebut khaen (sejenis pipa bambu). Sebuah kelompok musik umumnya terdiri dari penyanyi (mor lam) dan seorang pemain khaen (mor khaen) bersama pemain rebab dan pemain instrumen lain.
Lam saravane adalah jenis musik terpopuler di antara musik-musik Laos, tetapi etnis Lao di Thailand telah mengembangkannya menjadi mor lam sing yang menjadi salah satu best-selling internasional.
Penduduk Laos lebih didominasi oleh etnis Tai yang berasal dari Cina dan tersebar di timur Myanmar, Laos dan di barat laut Vietnam. Masyarakat Tai Lao bermukim di provinsi sebelah utara, seperti Lu, Tai Neua dan Hitam, Merah Putih Tai. Penduduk Laos pada umumnya memeluk agama Buddha. Agama ini muncul pertama kali di Laos pada abad VIII Masehi. Kemudian, setelah Raja Fang Ngum (abadXIV) mempersatukan Kerajaan Lane Xang, agama itu dijadikan sebagai agama negara.
Raja itu lalu memberlakukan kebijakan dan mengembangkan kebudayaan Laos yang didasarkan pada keyakinan Buddhisme Theravada. Kini Buddhisme Theravada dianut sekitar 90 persen penduduk Laos. Buddhisme merupakan tuntunan kehidupan sehari-hari dan memberi pengaruh kuat pada pola kehidupan warga Laos
Wanita Laos setiap pagi terlihat memberikan "upeti" kepada para biksu berupa makanan dengan harapan mendapat balasan berupa anugerah dari Tuhan. Orang Laos percaya bahwa setiap pria seharusnya menjadi biksu walaupun hanya singkat.
Secara tradisional, kaum pria memanfaatkan waktu tiga bulan, terutama selama musim hujan, untuk berada di kuil-kuil Buddhis yang tersebar di negara itu. Namun, dewasa ini, kebanyakan pria Laos lebih realistis dan membatasi waktunya tinggal di kuil antara satu atau dua pekan saja.
Jumlah penduduk Laos sekarang ini berkisar antara 5,5 sampai 6 juta jiwa, dengan kepadatan sekitar 23 orang per Kilometer persegi. Penduduk terdiri atas 49 kelompok etnis dan terbagi dalam empat rumpun linguistik utama.
Penduduk terdiri atas rumpun Laos-Thailand yang mencakup delapan kelompok etnik, rumpun Mone-Khmer yang mencakup 32 kelompok etnik, rumpun Tibet-Burma mencakup tujuh kelompok etnik, dan rumpun Hmong-Ioumien yang mempunyai dua suku utama. Mereka tersebar di seluruh negara dengan tradisi, budaya, dan bahasa yang unik.
Laos mempunyai warisan budaya yang kaya. Seni dan arsitekturnya didasarkan pada agama Buddha yang menjadi dasar dari tradisi artistik. Salah satunya adalah That Luang atau stupa suci raksasa di Vientiane. Kubahnya menyerupai stupa dan empat superstruktur sudutnya merupakan contoh monumen serupa di seluruh Laos.
Stupa adalah bangunan untuk memperingati kehidupan Buddha. Banyak stupa dikatakan menyimpan sejumlah relikui Buddha (bagian-bagian tubuh Buddha). Pada umumnya, kelompok Buddhis dari aliran Hiragana mengkremasi jenazah, baru sesudahnya menempatkan tulang-tulang leluhurnya di dalam stupa yang dibangun di sekitar pelataran kuil.
Banyak pola arsitektur yang ditemukan di kuil-kuil Buddhis di Laos. Namun, ada tiga pola arsitektur lebih menonjol yang dikaitkan dengan lokasi geografi kuil dan biara. Kuil yang dibangun di Vientiane adalah bangunan persegi raksasa dari bata yang dilapisi semen serta dilengkapi dengan atap yang tinggi.
Di Luang Prabang, yang sebelumnya menjadi ibu kota kerajaan, atap itu sangat rendah. Tidak seperti di Vientiane, atap itu nyaris sampai ke tanah. Kedua tipe ini berbeda dengan atap di Kuil Xiengkhouang yang tidak disusun berbentuk terap.
Patung keagamaan dan seni Laos juga mempunyai ciri khusus dan memisahkan Laos dari negara-negara tetangganya. Sikap patung Buddha "Memanggil Hujan" di Laos, misalnya, menggambarkan Buddha sedang berdiri dengan tangan tegap di sampingnya, jari-jarinya menunjuk ke tanah, tidak pernah ditemukan di dalam tradisi seni negara Buddhis Asia Tenggara lain.
Pengaruh agama juga tercermin dalam literatur klasik Laos, khususnya dalam Pha Lak dan Pha Lam, serta epik Ramayana India versi Laos.
D. Media
Seluruh surat kabar diterbitkan oleh pemerintah, termasuk 2 surat kabar berbahasa asing: Vientiane Times yang berbahasa Inggris dan Le Rénovateur yang berbahasa Prancis. Selain itu, Kho San Pathet Lao, kantor berita resmi Republik Demokratik Rakyat Laos, menerbitkan surat kabarnya dalam bahasa Inggris dan Prancis. Warung internet yang melayani para turis umum ditemukan di pusat-pusat kota. Meski begitu, pemerintah menyensor isinya dengan ketat.
Saluran televisi satelit yang menayangkan acara televisi dari Thailand banyak ditemukan di Laos. Banyak dari rakyat Laos dapat mengakses dunia luar melalui program televisi Thailand.


E. Sejarah
Berdasarkan peralatan batu kuno yang ditemukan di Provinsi Huaphanh dan Luang Prabang, manusia prasejarah berupa pemburu telah ada di wilayah Laos sekitar 40.000 tahun lalu. Kehadiran mereka kemudian disusul dengan munculnya masyarakat petani sekitar 4.000 tahun Sebelum Masehi (SM).
Bejana pemakaman dan sejumlah peralatan kubur menunjukkan adanya masyarakat kompleks yang mulai menggunakan perunggu pada sekitar 1.500 SM, yang disusul dengan pemakaian peralatan dari besi sejak sekitar 700 SM.
Masa prasejarah diwarnai kontak dengan peradaban China dan India. Kemudian, antara abad ke-4 M sampai ke-8 M, masyarakat di sepanjang Sungai Mekong mulai membentuk kelompok permukiman yang saat itu disebut "Muang".
Muang lalu berkembang dan memuncak dengan pembentukan Kerajaan Lane Xang (sejuta gajah) pada tahun 1353 oleh Raja Fa Ngum. Raja ini juga mendirikan Xieng Thong (kini Luang Prabang) sebagai ibu kota Kerajaan Lane Xang.
Awal sejarah Laos didominasi oleh Kerajaan Nanzhao dari Cina, yang diteruskan pada abad ke-14 oleh kerajaan lokal Lan Xang dengan raja pertamanya Fa Ngum (1353-1373). Ia merupakan raja yang kuat dan di bawah kekuasaannya, kerajaan Lan Xang berhasil menguasai hampir seluruh daerah Indo-Cina sekarang. Kemudian ia lengser setelah istrinya meninggal dan digantikan oleh anaknya Unheuan, yang bergelar Sāmsaentai ( "Lord of 300000 Tai") yang memerintah di Xiang Dong Xiang Thong.
Kerajaan Lan Xāng adalah kerajaan yang lebih bersifat federasi feodal daripada kerajaan yang sentralistik dan setengah abad setelah kematian Sāmsaentai di tahun 1416, para penggantinya adalah raja-raja yang lemah sehingga menimbulkan pemberontakan di daerah-daerah kekuasaan terutama yang terjadi di sebelah timur Vietnam dan Burma ke barat .
Di tahun 1478, dengan alasan yang tidak jelas, di bawah pengaruh raja Vietnam besar, Le Thanh Tong Lao mulai melakukan penyerangan serta berhasil menguasai keraton Luang Phrabāng, selama lebih dari 1 tahun. Kemudian raja dari keturunan Fa Ngum, Raja Vixun (1501-1520) berhasil mengambil alih tahta dan mengambil beberapa langkah penting atas takhta leluhurnya. Pertama dia memerintahkan pelindungan terhadap babad sejarah kerajaan yang dikenal sebagai Nithān Khun Bôrum (Cerita Raja Bôrum) yang berfungsi untuk melegitimasi kekuasaannya. Di mana Nithān Khun Bôrum ini merupakan dokumen hukum negeri Laos Paling awal (awal bukti tentang keberadaan orang Laos) yang dikenal sebagai "hukum-hukum Khun Borom" (juga dieja "Khun Bulom"), dan masih diawetkan dalam bentuk manuskrip dan merupakan tulisan asli dalam bentuk sajak bebas, serta menggambarkan masa masyarakat Proto-Laos abad IX yang kemungkinan mereka adopsi sebelum kedatangan agama Buddhisme Theravada, atau ketika mereka bermigrasi ke wilayah selatan (Vietnam Utara-Barat).
Akademisi Barat menganggap Khun Borom sebagai cerita sejarah, walaupun ada sedikit kenyataan akan keberadaan dan gambaran yang sangat primitif di kerajaan berkonstitusi tersebut dan berusaha menjelaskan masyarakat agraris kuno yang hidup di sekitar daerah pertanian subsisten.
Dua raja yang kuat setelah Raja Vixun, Phōthisālarāt (1520-48) dan anaknya Xētthāthirāt (1548-71) Dalam tahun 1558, mengadakan invasi terhadap Burma. Kemudian ia membentuk sebuah persekutuan dengan Ayutthaya, dan pada 1560. Dia memindahkan ibu kota kerajaan ke Vientiane dan membangun kembali Stupa That Luang, tugu, dan kuil untuk tempat Pra Keo, Sang Buddha.
Surinyavongsā, adalah pengganti Xētthāthirāt (1637) yang paling besar dan terakhir dari kerajaan Lan Xāng. Dia membentuk hubungan bilateral dengan Raja Siam, Narai di Ayutthaya, dan aliansi ini adalah cukup kuat untuk bertahan atas serangan Burma dan Vietnam selama bertahun-tahun. Di bawah aturan-aturan kerajaan yang ketat membuatnya semakin makmur. Daerah Viang Chan kaya dengan berbagai kuil dan istana. Kota-kota besar menjadi pusat agama Buddha dengan rahib yang berasal dari Siam dan Kamboja untuk belajar di sana. Masa keemasan kerajaan itu berlangsung dan kontak-kontak dengan Barat mulai dilakukan pada abad ke-17.
Pasca kematian Surinyavongsā, kerajaan Lan Xang tinggal sejarah karena terjadi perang saudara memperebutkan kekuasaan, hal itu disebabkan karena Surinyavongsā tak memiliki keturunan. Kematiannya di tahun 1694 menyebabkan tidak ada ahli waris dan peperangan di antara pucuk pimpinan pun pecah sehingga kerajaan Lan Xāng menjadi lemah dan dan memberi kesempatan pada penyerang asing memasuki Laos. Raja Anouvong dari Siam menghancurkan Vientiane dan membawa Sang Buddha ke Bangkok, tempat patung itu berada sampai sekarang.. Setelah satu dekade di tahun 1707, Kerajaan Lan Xāng telah dibagi ke dalam tiga daerah kekuasaan oleh Siam yakni; Vientiane (Viang Chay), Luang Prabang, dan Champasak.
Selama pemerintahan Surinyavongsā, Bangsa Eropa mulai menjejakkan kakinya di Laos. Adalah seorang pedagang Belanda, Gerritt van Wuysthoff tiba di Laos dari Phnom Penh Kedatangannya segera diikuti oleh Bangsa Barat lain yakni Giovanni-Maria Leria, misionaris Jesuit. Ia tinggal selama enam tahun, mempelajari bahasa dan belajar agama serta adat istiadat di Laos untuk kemudian mengkonversi agama Kristen, dan berhasil membuat dunia luar sadar akan kekayaan alam Laos.
Dengan jatuhnya Lan Xang ke tangan Siam. Sangat sedikit yang diketahui tentang urusan internal dari negara Laos selama periode ini. Kedaulatan mereka diatur dan tidak dibiarkan bertindak sendiri .
Dalam tahun 1763 datang invasi Burma. Laos takluk, dan pada tahun 1767 kerajaan Ayutthaya pun jatuh. Di bawah Taksin, Siam mulai bangkit dan menyerang Burma utara di tahun 1774 dan berhasil menguasai Chiang May kembali.
Tahun 1782 Raja Chaophraya Chakri memecat Taksin sebagai penguasa Siam karena tidak mampu mempertahankan Laos dari Annam dan mengangkat dirinya menjadi Raja Rama I, serta mendirikan dinasti Chakri yang menduduki takhta Thai . Di bawah pengaruh Barat, raja Chakri mulai menkonversi Siam menjadi negara yang modern, walaupun prosesnya sulit dan lambat dan karena memerlukan lebih dari satu abad .
Antara 1795 - 1828, kerajaan Laos menjadi negara vasal dari Annam (Vietnam). Dan pada 1802 Vietnam menguasai Vientine dan menganeksasi wilayah Laos.
Kemudian Perancis menguasai wilayah ini di abad ke-19 dan menggabungkannya ke dalam Indochina Perancis pada 1893. Negara itu dibagi menjadi dua daerah, Upper Lower Laos dan Laos, masing-masing dikepalai oleh seorang komandan, yang berbasis di Luang Phrabāng dan Pakxe. Negara dibagi menjadi sebelas provinsi, masing-masing dengan penduduk Perancis pada tahun 1898. Seluruh wilayah Laos dimasukkan ke dalam pengawasan umum dari Resident-Superior, yang berpusat di Viang Chan (yang di Perancis dieja menjadi Vientiane). Keamanan, bea cukai dan komunikasi dikontrol dari Hanoi.
Rakyat Laos melakukan perlawanan di bawah pemimpinan Partai Komunis Indochina (didirikan tahun 1930) tetapi kurang berhasil. Pemberontakan militer dan politik memuncak dengan Konferensi Internasional dan Perjanjian Geneva atas Indochina pada tahun 1954 ketika kemerdekaan Laos, Vientiane dan Kamboja diakui.
Situasi memburuk selama Perang Vietnam meskipun Perjanjian Geneva 1962 telah mengakui kenetralan Laos dan melarang kehadiran semua militer asing. Dengan melakukan pemboman pada sebagian jalur Ho Chi Minh yang menyeberangi Laos, pasukan AS menjatuhkan lebih banyak bom di Laos dari pada yang dilakukannya di seluruh dunia selama Perang Dunia II. Keguncangan politik di negara tetangganya Vietnam membuat Laos menghadapi Perang Indochina Kedua yang lebih besar (disebut juga Perang Rahasia) yang menjadi faktor ketidakstabilan yang memicu lahirnya perang saudara dan beberapa kali kudeta. Pada 1975 kaum komunis Pathet Lao yang didukung Uni Soviet dan komunis Vietnam menendang pemerintahan Raja Savang Vatthana dukungan Amerika Serikat dan Perancis
Setelah penjajahan Jepang selama Perang Dunia II Pada tahun 1995, di bawah pimpinan Partai Revolusioner Rakyat Laos, kemenangan diperoleh setelah rakyat Laos mendapatkan kekuasaan melalui pengambilalihan tak berdarah dengan mendirikan Republik Demokratik Rakyat Laos (Lao PDR) pada 2 Desember di tahun itu. Hari itu merupakan puncak dari perjuangan yang membawa hasil untuk pembebasan nasional dan pengembalian kemerdekaan. Laos mempererat hubungannya dengan Vietnam dan mengendurkan larangan ekonominya pada akhir dekade 1980-an dan dimasukkan ke dalam ASEAN pada 1997.
Laos di tahun 1975 menerapkan doktrin sosialis atas berbagai kebijakan di mana semua sektor diawasi oleh pemerintah secara ketat. Perekonomiannya yang porak poranda akibat perang saudara dengan Annam mengakibatkan resesi di berbagai bidang. Penindasan yang terjadi ketika perang saudara menyebabkan kepergian banyak orang sehingga Laos kehilangan sebagian besar orang-orang berpendidikan dan terampil. Pada akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an, komunisme Soviet di Eropa mengalami keruntuhan dan mengakibatkan hilangnya bantuan, dan liberalisasi ekonomi yang berkembang di Vietnam dan Cina. Kehidupan bergerak ke arah ekonomi pasar. Namun perekonomian Laos masih stagnan, karena belum mau membuka diri terhadap liberalisasi seperti yang dilakukan oleh Vietnam dan cina
Dengan penduduk yang sedikit, kurangnya infrastruktur namun memiliki kekayan hutan yang melimpah serta tanah-tanah yang belum dibuka untuk kawasan ekonomi, Laos tidak mungkin bias mengembangkan diri dengan cepat dan melepas statusnya sebagai salah satu negara- negara miskin di Asia Tenggara walaupun kebijakan investasi asingnya sudah liberal. Namun pertanian yang subsisten menjadi mayoritas di dalam profesi orang-orang Laos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ing arso asung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani