Minggu, 06 Desember 2009

Nama : I Putu Hendra Mas Martayana
Nim : 0714021011
Kelas : A
Semester : IV

RESUME KEDATANGAN BANGSA-BANGSA BARAT KE ASIA TENGGARA DAN BEBERAPA PERJANJIAN YANG MENCIPTAKAN PERDAMAIAN ANTARA MEREKA

Asia Tenggara tidak ditemukan oleh sistem perdagangan dunia. Posisinya membentang di jalur laut antara India dan Cina sebagai dua raksasa perdagangan Asia. Kawasan ini mengekspor rempah-rempah ke seluruh Eurasia dan mengimpor kain, sistem politik dan gagasan keagaamaan dari India serta porselin, teknologi dan manusia dari Cina.
Orang-orang Eropa awalnya hanyalah satu butir untaian dalam susunan perdagangan maritim Asia yang sangat kompleks. Kedatangan mereka didorong oleh tertutupnya akses perdagangan ke Dunia Timur oleh Bangsa Turki Ottman yang menguasai Yerusalem dan sekitarnya serta mendirikan pusat kerajaannya di Konstatinopel. Hal inilah yang nanti menjadi pemantik Perang Salib.
Penemuan kompas, kemajuan navigasi pelayaran, harga rempah-rempah yang sangat mahal karena berpindah-pindahj dari banyak distributor dan semboyan Gold, Gospel dan Glori mendorong Bangsa Eropa dalam mengeksplorasi lautan untuk mencari jalan lain ke Dunia Timur. Khususnya dua bangsa besar Eropa, Portugis dan Spanyol yang berpegang teguh akan sistem ekonomi merkantilismenya. Selama berabad-abad lamanya memang telah terjadi permusuhan di anatar keduanya. Lewat perjanjian Thordesillas yang ditengahi oleh Paus karena natar Spanyol dan Portugis adalah Negara Katolik, ditentukan bahwa Portugis berlayar ke timur dengan menyusuri Pantai Barat Afrika dan Spanyol berlayar ke barat. Pada akhirnya dua bangsa ini bertemu di Maluku yang dengan ini mkin membuktikan bahwa bumi benar-benar bulat. Pertentangan anatar mereka kembali terjadi dan diselesaikan dengan Perjanjian Zaragoza diputuskan sebuah garis 17 derajat ke utara dari garis 0 derajat yang berarti di sebelah utara kepulauan Maluku dan Halmahera sebagai jajahan Spanyol dan bagian selatannya sebagai jajahan Portugis. Itu berarti Filipina (Massava) masuk ke dalam draft jajahan Spanyol dan garis itu disebut dengan Garis Demarkasi.
Dalam perjalaan sejarahnya, kawasan Asia Tenggara melewati 5 periode waktu. Bagaimana di dalamnya terangkum perjalanan sejarah kawasan mulai dari jaman pra- sejarah sampai masa proklamasi negara-negara kawasan. Namun yang perlu digarisbawahi adalah masa ketika Bangsa-Bangsa Barat mulai menancapkan emporiumnya terhadap kawasan ini beserta latar belakang kedatangnaya sampai pada masalah-masalah politik kawasan menuju pembentukan negara mandiri.
Lambat laun Belanda dan Inggris mulai tampil sebagai sebagai Super Powers baru menggantikan kedudukan Portugis dan Spanyol yang mendominasi kawasan ini abad XVII-XIX pasca Revolusi Industri yang melanda dua negara tersebut yang berarti merembet dengan menumbuhkan neraca perekonomian Liberal sedangkan Spanyol dan Portugis masih tetap berkutat pada politik merkantilismenya sehingga mereka jauh tertinggal dari negara-negara lainnya.
Perang bukan hanya terjadi antara Bangsa Barat dengan penguasa pribumi namun juga antara mereka sendiri. Kerap terjadi ketegangan yang berakhir dengan perang dan dalam perebutan pengaruh itu tak jarang mereka menjalankan politk adu domba. Perang antara Bangsa Barat sendiri lebih dimotivasi oleh kondisi negara masing-masing. Jika satu Negara Barat sedang bermusuhan dengan Negara Barat lain khususnya di Daratan Eropa maka tensi peperangan itu akan menjalar sampai ke negeri jajahan sehingga sifat peperangan menjadi tajam dan sangat kompleks.
Pertentangan seperti itu terjadi antara Belanda dan Inggris dalam memperebutkan jajahan di Indonesia yang ditengarai karena Perancis di bawah komando Kaisar Napoleon Bonaparte dengan politik kontinentalnya berhasil menguasai Belanda dan Belgia yang merupakan benteng awal Inggris di Eropa daratan untuk mengantisipasi ekspansi Perancis ke negerinya. Hal tersebut juga disebabkan karena pertentangan Inggris dan Perancis beratus-ratus tahun yang lamanya(Perang Seratus Tahun). Belanda pun dijadikan negara boneka berikut jajahanya di Indonesia dengan mengirimkan seorang Daendels ke Indonesia dengan tugas utama melindungi Pulau Jawa dan sekitarnya dari serangan Inggris. Jadi secara tak langsung Indonesia telah berada di bawah kendali Perancis.
Di tahun 1811 Inggris yang berbasis di Calcutta India berhasil menguasai pulau Jawa dari Belanda yang tersirat dalam Perjanjian Tuntang. Tahun 1811-1816 adalah masa pemerintahan Inggris di Indonesia dengan komando Sir Thomas Stamford Raffles.
Pasca kekalahan Perancis di Daratan Eropa dengan tertangkapnya Napoleon di Waterloo, kekuasaan Inggris atas Indonesia meski dikembalikan kepada Belanda untuk menormalisasi keadaaan. Dan hal tersebut tersirat di dalam Konvensi London I (1814). Tahun 1824 diadakan perjanjian kembali antara Inggris dan Belanda dengan mengadakan tukar guling jajahan yang termaktub dalam Konvensi London II
Setelah Perancis mengalami kekalahan yang menyakitkan di Eropa daratan dan dengan dibaginya daerah jajahan Perancis oleh Inggris dan Belanda, Perancis mulai membangun negaranya sedikit demi sedikit. Dan kedatangan mereka di Asia Tenggara merupakan sebuah keterlambatan. Bagaimana tidak, seluruh daerah Asia Tenggara Kepualuan yang kaya hasil alam telah dikuasai Inggris dan Belanda. Perancis memfokuskan ekspansinya di Asia Tenggara Daratan dengan menanamkan pengaruhnya di Vietnam, Laos dan Kamboja (Indo Cina). Sadar akan membahayakan kekuasaannya di India, Inggris melakukan ekspansi ke timur india dengan menguasai Burma untuk antisipasi ekspansi Perancis yang secara cepat meluas ke barat.
Karena sama-sama memiliki ketakutan akan terjadinya perang antara mereka, maka dibuatlah sebuah perjanjian Inggris, Perancis dan Kerajaan Muangthai (Status Quo) yang intinya menjadikan daerah Muangthai sebagi Buffer State jajahan Inggris dan Perancis.
Tahun 1955-1975, kawasan Indo Cina adalah satu contoh kawasan bagaimana kekuatan kohesi dan integrasi intern-regional kalah kuat dengan kekuatan desintegrasi ekstern-global. Perancis yang dulunya memilki pengaruh yang kuat atas Vietnam perlahan-lahan mulai tergoyahkan dengan keberadaan Cina dan AS yang mulai menanamkan ideologinya sehingga memecah Vietnam menjadi dua yakni Vietnam selatan yang antikomunis berpusat di Saigon dan Vietnam utara yang behaluan komunis yang berpusat di Hanoi.
Menilik permasalahan ketika PD I berkecamuk, yang dominan memiliki peran dalam proses perdamaian tidak lebih pada kekuatan-kekuatan ekstern, namun kekuatan intern kawasan juga tidak bisa dinomorduakan. Bagaimana upaya-upaya bangsa-bangsa kawasan yang menginginkan kemerdekaan dan segera lepas dari belenggu imperialisme. Konferensi New Delhi, Kolombo Plan, Konfrensi Bogor dan berlajut dengan KTT Asia-Afrika di Bandung yang melahirkan Dasa Sila Bandung. Kemudian dilanjutkan dengan terbentuknya ASEAN sebagai kerjasama kawasan yang melibatkan lima negara lebih memfokuskan kerjasama non-militer dalam menjalin hubungannya dengan dua kekuatan dunia yang sedang bentrok.
Masuknya kekuatan AS ke Asia Tenggara dalam rangka membendung kekuatan komunis di Vietnam Utara karena AS sendiri adalah simbol negara liberal dunia. Dan tak hanya itu, perang dunia II yang memunculkan ekspansi Jepang ke kawasan Asia dan Pasifik membuat ketakutan eksistensi Negara-Negara Barat akan keberadaan mereka di Asia Tenggara. Sebagai imbasnya dibetuklah kerjasaam regional semacam South East Asia Command dan South West Pacific Command yang diprakarsai oleh American-Dutch-British. Ada lagi kerjasama regional Asia Tenggara di bidang militer yang lebih dimotori oleh AS untuk menjaga eksistensinya di Asia dengan membentuk SEATO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ing arso asung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani